my journey

my journey

Jumat, 18 Mei 2012

Benteng Pendem - Cilacap


Benteng Pendem adalah benteng peninggalan Hindia Belanda yang terletak di kawasan Pantai Teluk Penyu, Cilacap. Bangunan Benteng Pendem memiliki konfigurasi yang masih kokoh, dengan dikelilingi parit, mempunyai 60 kamar/ barak, benteng pengintai, gudang senjata, terowongan, ruang penjara, ruang rapat, ruang amunisi, ruang tembak dan 13 tempat-tempat penting untuk pertahanan yang dikelilingi oleh pagar dan parit serta tertimbun tanah sedalam 1-3 meter. Benteng pendem dengan harga tiket masuk Rp. 5.000,-/org ini, beberapa kali menjadi objek uji nyali di salah satu stasiun tv. Hal itu membuat kami jadi penasaran mengexplore benteng tersebut. Apalagi salah satu teman kami memiliki indera ke-6 dan tidak berhenti menceritakan apa saja makhluk lain yang ia lihat di sana. Hasilnya....hmmm ya ya...nyali kami sedikit terusik ^_^.

Taman

Parit yang mengelilingi benteng

Denah Lokasi

Ruang Barak

Aku dan Bowo

Ruang Klinik



Lubang Panah

Lubang Meriam

Pintu Masuk Terowongan

Cabang Terowongan

Ruang Penyiksaan

Bagian dalam terowongan

Cabang yang mitosnya tembus ke Nusakambangan


Ruang Amunisi

Ruang Penjara


Selamat Datang ^^


Pintu keluar terowongan
Bagian dalam terowongan



Nusakambangan

Sekilas mendengar nama pulau Nusakambangan langsung memberikan kesan angker. Pulau yang dikenal sebagai tempat Lembaga Pemasyarakatan (LP) berkeamanan tinggi dan biasa dihuni oleh para narapidana kelas berat, ternyata mempunyai sisi lain yang layak dinikmati traveler. Ada 2 jalur penyebrangan menuju pulau Nusakambangan. Pertama melalui pelabuhan Sodong dan bersandar di pelabuhan feri Wijayapura. Feri penyebrangan khusus ini juga di nakhodai dan di awaki oleh Petugas Pemasyarakatan (pegawai LP), bukan dari Departemen Perhubungan, khusus untuk kepentingan transportasi pemindahan narapidana dan juga melayani kebutuhan tranportasi pegawai LP itu sendiri beserta keluarganya. Jadi jika ingin menuju lapas, dapat melalui jalur ini dan sesuai izin dari pegawai LP di pelabuhan. Sedangkan jalur kedua adalah jalur wisata, dimana penyebrangan dapat dilakukan melalui Teluk Penyu. Hanya dengan membayar Rp. 15.000,-/org pp untuk sewa perahu, kita akan dibawa ke Nusakambangan bagian timur yang saat ini sudah dikembangkan menjadi jalur wisata. Di Nusakambangan Timur ini kita dapat melihat benteng peninggalan Portugis dan Pantai Pasir Putih Karang Bolong. Kami memilih jalur kedua karena tujuan kami memang hanya berwisata saja. Kebetulan driver perahu kami, yang mengaku bernama Ryan (baca Rayen), mengajukan diri sekaligus menjadi tour guide selama kami menjelajah Nusakambangan Timur. Dimulai dengan tracking selama kurang lebih 10 menit, barulah gerbang benteng terlihat. Benteng yang menurut cerita terdiri dari 4 lantai tersebut, hanya meninggalkan sisa-sisa reruntuhan dan sebagian bangunan saja. Benteng ini bisa dikatakan hancur karena termakan usia, bukan sengaja dihancurkan oleh penjajah lain. Beberapa ruang yang masih tersisa seperti ruang absen, penjara kecil yang digunakan untuk memuat 20 orang dalam kondisi dirantai dan tidak diberi makan, ruang pengintai dan meriam disertai alas pemutarnya. Setelah kurang lebih 1 jam mengitari benteng, barulah kami diajak ke pantai pasir putih karang bolong. Tidak terlalu indah, tapi cukup worth it untuk dilihat dan dinikmati.

Sisa reruntuhan benteng


Bagian depan benteng


Jalur menuju Pantai Pasir Putih


Sunset di Nusakambangan

Bersama guide kami, Ryan (baca Rayen)

Jalur menuju benteng

Ruang pengintaian

Lubang pengintaian datangnya musuh

Penjara yang diisi 20 orang

Pantai Pasir Putih
Gerbang Pulau Nusakambangan

Sisa benteng yang telah runtuh