my journey

my journey

Rabu, 17 Agustus 2011

Pulau Sempu (Malang)

Sembari ikut Sandra yang berniat nengokin tantenya di Malang, aku coba mengajak teman-teman buat nengok Pulau Sempu di daerah Malang Selatan. Pulau yang terkenal dengan Lagoon-nya (Segara Anakan), mirip dengan Maya Beach di film 'The Beach'.

Trip kali ini berhasil ngajak Ellen dan Riza. Total anggota adalah 4 (orang) wanita. Seperti biasa sebagai pencetus ide dan pengatur itinerary, aku memutuskan untuk tidak camping di pulau tapi menginap di salah satu penginapan di pantai Sendang Biru. Jadi, kesempatan untuk meng-explore pulau hanya setengah hari. Dan tujuan utama adalah Segara Anakan.

Kami berangkat pagi-pagi dari Malang menuju Turen dengan menggunakan bis tujuan Lumajang dari terminal Gadang. Perjalanan dari Malang menuju Turen memakan waktu sekitar 1 jam. Di Turen, kami turun di pasar dan melanjutkan perjalanan ke Pantai Sendang Biru dengan menggunakan angkot. Begitu turun dari bis, ada juga ojek yang menawarkan diri mengantar sampai ke Pantai Sendang Biru. Tetapi karena kami tidak tau seberapa jauh jarak Turen ke Sendang Biru, jadi tidak bisa juga memperkirakan harga yang layak untuk ditawar. Dan kami pun memutuskan untuk naik angkot saja.

Jam 9 pagi kami tiba di Turen, dan langsung menuju angkot yang sedang ngetem di depan pasar. Ah, ternyata angkotnya masih kosong. Baiklah kami akan sabar menunggu, palingan sebentar lagi penuh. Toh kami sudah berempat. 

1 jam berlalu, penumpang hanya nambah 1 atau 2 orang saja. Itupun hanya menitipkan barang kemudian pergi lagi. Lho...kami ditinggal berempat lagi dalam angkot. Kami pun masih sabar menunggu. Okelah, gak apa-apa baru 1 jam menunggu, masih masuk dalam perhitungan waktu yang aku perkirakan. 1 jam berikutnya cukup lumayan bertambah banyak. Dan kami pun minta agar angkot segera dijalankan. Ternyata kami salah, kapasitas angkot bukan maksimum 10 orang seperti layaknya di Jakarta (6-4). Tetapi kapasitas maksimumnya adalah 20 orang!! waaakkkk.... *pengsan. Angkot seukuran mobil suzuki carry, dimuati 20 orang plus barang bawaannya masing-masing. Samping supir yang biasa diisi 2 orang penumpang, menjadi 3 penumpang yang berarti bagian depan diisi total 4 orang plus supir. Di bagian belakang dibuat 4 baris dengan 2 kursi panjang sebagai tambahannya di antara 2 jok panjang asli bawaan dari mobil. Dan masing-masing baris diisi 4 orang penumpang. Dan yang lebih gila lagi, angkot baru mau jalan jika semua kursi sudah terisi... %^%$&#@$!#@*&% *pengsan lagi.  

Waktu kami habis selama 3 jam hanya untuk ngetem di pasar Turen tanpa ada pergerakan sedikit pun. Benar-benar menunggu penumpang yang datang. 3 jam menunggu, itupun masih kurang 1 orang penumpang. Akhirnya kami dan seorang ibu memutuskan untuk membayar ongkos tambahan untuk menutup kekurangan 1 (satu) orang penumpang tersebut. Jarang ada yang mau menutup kekurangan tersebut karena tiap penumpang dikenakan Rp. 12.000,- untuk ongkosnya. Perjalanan dari Turen ke Sendang Biru sendiri sebenarnya tidak memakan waktu lama, yaitu sekitar 1 jam. Tetapi karena kondisinya balik ke Turen dalam keadaan kosong, tidak ada penumpang, maka ongkosnya jadi mahal dan penumpangnya harus penuh. Dalam perjalanan menuju Sendang Biru pun masih ada juga penumpang yang naik. Kalau pun angkot sudah penuh, ada saja penumpang yang memaksakan diri bergaya spiderman nempel di dinding, yaitu dengan berdiri di bemper belakang mobil dan badan menempel di kaca mobil bagian belakang.
Kapasitas angkot 20 orang
Setelah 1 jam perjalanan, akhirnya kami tiba di Pantai Sendang Biru. Ahhh....lega rasanya. Akhirnya terlepas dari angkot.

Pulau Sempu terletak di seberang Pantai Sendang Biru. Jaraknya cukup dekat, sekitar 10-15 menit dengan perahu. Perahu disewa dengan hitungan pulang-pergi seharga Rp. 100.000,- dan selanjutnya jangan lupa mencatat nomor HP tukang perahu untuk memintanya menjemput. Kalau cuma janjian jam berapa akan dijemput, maka silakan menunggu tanpa pasti kapan tukang perahu akan datang... hehehe...
Mencari perahu yang akan disewa
Sebelum menyeberang ke Pulau Sempu, kami diminta untuk melapor dan mengisi daftar kunjungan di kantor perhutani. Karena Pulau ini termasuk kawasan yang dilindungi. Dan disini kami diminta membayar dengan jumlah sukarela. Pada waktu itu kami membayar Rp. 25.000,- untuk berempat.
Turun dari perahu, kami harus berjalan melewati hutan dengan kondisi tanah cukup datar hanya sedikit turun - naik. Lama perjalanan sekitar 30 menit untuk sampai di Segara Anakan dengan kondisi tanah kering, alias tidak becek karena hujan. Jika dalam keadaan becek, kemungkinan akan memakan waktu lebih lama.

Awal perjalanan setelah turun dari perahu
Istirahat dulu

Jalur ke Segara Anakan
Segara Anakan adalah sebuah lagoon berpasir putih. Airnya payau karena tercampur dengan air laut dari Samudera Indonesia yang masuk lewat lubang di karang. 
Aha, sudah terlihat
Segara Anakan
Mirip gak dengan Maya Beach?
Here's the lagoon
Segara Anakan dengan pasir putihnya
Banyak yang camping
Pencampuran air tawar dan air laut
Di balik karang yang membatasi lagoon adalah Samudera Indonesia. Samudera ini bisa kita lihat dengan memanjat karang-karang pembatas. Dari atas karang ini, pemandangannya sungguh luar biasa...Subhanallah.... Tapi memanjatnya harus ekstra hati-hati karena karangnya sangat tajam. Agak serba salah juga, jika menggunakan alas kaki kondisinya licin karena karangnya basah. Tetapi jika melepas alas kaki, bisa terluka oleh ketajaman si karang. Memang segala sesuatu yang indah itu harus didapatkan dari hasil perjuangan. 
Sandra di atas karang
Samudera Indonesia
Rincian biaya trip ke Pulau Sempu dari Malang :


1 komentar:

  1. Untung kita kesana nya masih cakeppppp.... sekarang kabarnya udah bersampah...

    BalasHapus