my journey

my journey

Sabtu, 19 Januari 2013

Angkor - Menyusuri Situs Warisan Dunia


15 November 2012,
Pagi ini tepat jam 05.00 WIB kami bertemu dengan Mr. Seila - supir Tuk-tuk yang direkomendasikan banyak traveler di situs TripAdvisor - yang akan mengantar kami keliling Angkor. Dengan Mr. Seila, kami tidak akan menyewa Tuk-tuk untuk kebutuhan kami berdelapan. Melalui penawarannya kami memutuskan menyewa minivan berkapasitas 12 orang seharga $30, hampir sama dengan tarif menyewa dua buah Tuktuk untuk 7 orang (kapasitas sebuah Tuk-tuk adalah 4 orang) yaitu sekitar $30 - $32. Lebih nyaman, lebih tertutup dan berAC bukan Angin Cuex tapi Air Conditioner aseli...
 
Sekelumit Sejarah Negeri yang Hilang 
Kata "Angkor" berasal dari bahasa Sansekerta yang memiliki arti kota suci. Angkor merupakan pusat pemerintahan Imperium Angkor atau Khmer pada periode 802 - 1431 Masehi. Periode Angkor dimulai pada 802 Masehi, ketika Jayawarman II pulang dari pengasingannya di Pulau Jawa, untuk merebut kembali takhta kekuasaannya. Setelah bertempur selama 12 tahun dan menyatukan kelompok-kelompok yang terpisah, ia pun membangun Angkor sebagai ibukota Imperium Khmer. Kota yang terletak di sebelah selatan Danau Tonle Sap atau di sekitar wilayah Siem Reap saat ini.

Pada zaman keemasannya Khmer membangun candi-candi megah yang terkonsentrasi pada suatu kawasan seluas sekitar 24 kilometer persegi. Di area inti ini terletak candi-candi yang paling terkenal diantaranya Angkor Thom, Ta Phrom dan tentu saja Angkor Wat.

Menurut ahli sejarah, kota Angkor adalah kota terbesar di dunia pada periode praindustri. Pada era kejayaannya kota ini dihuni lebih dari 1 juta manusia. Luas wilayah kota Angkor kuno ini setidaknya mencakup 1000 kilometer persegi atau sekitar 1,5 kali luas wilayah DKI Jakarta. Hal ini dibuktikan dengan sisa-sisa jaringan jalan dan kanal yang menunjukkan konektivitas di wilayah tersebut.

Pembangunan candi-candi megah di Angkor baru dimulai 200 tahun setelah Imperium Khmer berdiri. Suryawarman II (memerintah pada 1113 - 1150) adalah raja yang menggagas dibangunnya Angkor Wat. Setelah mengonsolidasi kekuasaannya melalui diplomasi dan kekuatan militer, ia membangun Angkor Wat sebagai mausoleum untuk dirinya sendiri. Pembangunan candi paling megah di kompleks Angkor tersebut hanya memakan waktu 30 tahun.

Setelah pembangunan Angkor Wat, Imperium Khmer mengalami banyak periode pasang surut. Namun Angkor kembali berkilau pada masa Jayawarman VII (memerintah pada 1181 - 1200). Raja Khmer yang terbesar itu kemudian membangun Angkor Thom serta candi-candi terkenal lainnya sepeti Bayon, Ta Phrom dan Preah Khan.

Imperium Khmer berakhir pada 1431, masa ketika Angkor diinvasi Ayutthaya. Banyak ahli percaya, setelah kejatuhan Angkor, kota kuno itu benar-benar ditinggalkan penduduknya. Angkor baru ditemukan lagi pada akhir abad ke-19 oleh penjelajah dari Eropa. Namun tentunya para penjelajah asing itu bisa menemukan Angkor karena mendapt informasi dari penduduk lokal.
(Dikutip dari Buku Backpacking: Vietnam dan Cambodia, Hairun Fahrudin, PT Elex Media Komputindo, 2012)

Harga tiket masuk ke situs arkeologi Angkor ini terbagi menjadi tiga kategori yaitu :
  1. $20 untuk 1 hari kunjungan (one day pass)
  2. $40 untuk 3 hari kunjungan (three days pass)
  3. $60 untuk 1 minggu kunjungan (one week pass)
Tiket masuk ini dilengkapi dengan foto si pengunjung. Jadi pada saat membeli tiket, semua pengunjung harus ikut mengantri satu persatu untuk difoto. Kalau mau bagus, harus sadar kamera. Pokoke begitu tiba giliran maju ke loket, langsung pasang muka senyum narsis. Terlambat sedikit, penjaga loket akan langsung pencet tombol foto tanpa ada aba-aba sama sekali. Hmmm disini baru terasa kegunaan insting 'sadar kamera' :D.
Ini dia bentuk tiket 1 hari kunjungan (one day pass)
Mengunjungi Angkor memang tidak akan cukup waktunya jika hanya dilakukan dalam 1 hari mengingat begitu luasnya kompleks candi tersebut. 2 hari pun masih belum cukup jika berminat untuk mengetahui detil cerita dari tiap-tiap candi. Tapi buat kami, cukuplah 1 hari kunjungan saja. Kami pilih candi-candi yang memang terkenal saja, karena waktu kami memang terbatas. Candi yang kami kunjungi adalah Angkor Wat, Ta Phrom, Bayon, Terrace of the Elephants, Baphuon dan Ta Keo.

Angkor Wat - Rumah Dewa
Menurut mitologi Hindu, Gunung Meru dipercaya sebagai pusat semesta dan menjadi tempat tinggal para dewa. Arsitektur Angkor Wat seolah membawa rumah para dewa itu ke muka bumi. Menara tertingginya diibaratkan Gunung Meru, dan Kanal yang mengitarinya diibaratkan lautan seperti digambarkan dalam mitologi Hindu. Keindahan Angkor Wat ini sudah sangat mahsyur. Karena keindahannya itu, tidaklah salah jika disebut rumah dewa.

Photo from www.canbuypublications.com
Candi ini memang dipersembahkan untuk Dewa Wisnu, salah satu dewa tertinggi dalam kepercayaan Hindu, serta sekaligus sebagai mausoleum pendirinya yaitu Suryawarman II. Hindu adalah agama resmi Imperium Khmer sebelum mereka berpindah menjadi pemeluk Budha. 

Memasuki Angkor Wat kami harus berjalan di atas lintasan yang menyeberangi kanal dan setelah gerbang, jalan terus akan ditemukan kolam yang katanya dapat merefleksikan cahaya matahar terbit. Di kolam inilah tempat dimana ratusan pengunjung melihat matahari terbit di Angkor Wat setiap harinya. Begitu pula dengan kami yang rela bangun jam 4 pagi demi mendapatkan view sunrise di Angkor Wat.

Sekitar pukul 05.15 kami mulai memasuki gerbang Angkor Wat dengan bermodalkan sebuah senter. Cukuplah 1 senter ini membantu penerangan kami selama berjalan masuk, karena banyak rombongan yang menggunakan senter dengan ukuran yang lebih besar sehingga, kami bisa nebeng ikut di belakang mereka hehehe...
Seperti pengunjung lainnya, kami pun mulai mencari tempat pewe (posisi uwenakk) untuk membidik matahari terbit. Tapi sepertinya prediksi Mr. Seila benar. Ia sempat mengatakan pada kami bahwa kemungkinan hari ini matahari terbit tidak akan terlihat jelas, karena beberapa hari belakangan Siem Reap diselimuti kabut setiap paginya. Walaupun ia berharap kami beruntung hari ini, tapi ternyata matahari memang malu-malu menyapa kami :(. Sedikit mengecewakan memang, karena kemungkinan kami untuk kembali ke sini cukup kecil. Tak apalah...menanti matahari di Angkor Wat bersama 6 orang wanita petualang sudah menjadi pengalaman yang menyenangkan ^-^.

Menunggu Matahari Terbit yang Tak Kunjung Muncul

Cahaya Matahari Berpendar dan Tertutup Kabut


Ketika Kabut Menipis dan Angkor Wat Mulai Terlihat

Cerahnya Langit Angkor setelah Kabut Menghilang
Jalur dibalik Gapura Angkor Wat



Relief Apsara




Setelah melihat matahari terbit, perjalanan dilanjutkan ke resto untuk sarapan pagi. Di sekitar Angkor Wat terdapat banyak restaurant dan sudah beroperasi dari pagi karena targetnya memang menyediakan sarapan pengunjung yang ingin menyaksikan matahari terbit. Tadinya kami meminta Mr. Seila mengantar kami ke muslim resto. Tetapi ternyata resto muslim terdekat terdapat di Siem Reap, jadilah kami diantar ke vegetarian resto yang berada dideretan resto sekitar Angkor Wat. Walaupun vegetarian resto, tapi kami masih melihat ketidakhalalan dalam list menu mereka. Akhirnya kami hanya memesan sebuah roti, telur dadar, kopi dan teh saja daripada habis waktu untuk pindah resto. Roti dan telur dadar kami makan beramai-ramai. Aku hanya sedikit mencicipi telur dadarnya. Entah mengapa langsung hilang feeling begitu melihat nama binatang gendut berlubang hidung besar dalam list menu. Meski pelayan bilang dimasak dengan menggunakan pan yang terpisah, tetap saja...lidah dan perutku tidak bisa menerimanya. Aku memilih makan roti tawar yang kami beli di minimarket semalam.

Kami melanjutkan penyusuran situs warisan dunia ini, dengan rute yang berlawanan dengan alur yang biasa dilakukan pengunjung. Biasanya setelah sarapan, pengunjung akan kembali ke Angkor Wat dan melihat bagian dalamnya dengan lebih detil. Sedangkan kami akan memulai penyusuran dari Ta Phrom yang terletak beberapa kilometer dari Angkor Wat. Setelah berpisah dengan Mr. Seila, yup ia menyerahkan kami kepada supir Elf dan memastikan bahwa si supir sudah dikoordinir mengikuti itinerary yang telah kami setujui bersama dengannya. Mr. Seila bukanlah supir Tuk-tuk biasa, ia sudah berhasil mengembangkan karirnya menjadi travel organizer dan kami cukup senang karena ia menyempatkan diri bertemu serta mengantar kami walau hanya sejauh ini. Kami setuju dengan para traveler yang banyak merekomendasikannya, karena pelayanannya memang pantas diacungi jempol.
Masuk ke dalam Angkor Wat menjadi jadwal terakhir kami. Saat kami mengunjungi Angkor, beberapa candi sedang mengalami pemugaran yang disponsori oleh UNESCO dan dibantu oleh negara-negara lain. Adanya pemugaran tersebut mengakibatkan penutupan pada beberapa titik yang sedang dalam proses pengerjaan. Salah satu yang sedang dipugar secara besar-besaran adalah Ta Phrom. Candi yang dibeberapa bagian menempel pada akar pohon besar ini memang harus segera dipugar sebelum hancur.

Ta Phrom
Candi ini dibangun oleh Jayawarman VII untuk menghormati ibunya. Relief candi didominasi dengan figur Pradnyaparamita, yaitu dewi yang melambangkan kebijaksanaan. Ta Phrom adalah candi ketiga terpopuler setelah Angkor Wat dan Bayon. Angelina Jolie telah membuat candi ini begitu populer sebagai setting dalam film Tomb Raider. Saking terkenalnya, kalau datang lebih siang candi ini akan dipenuhi oleh pengunjung. Bahkan untuk mengambil foto pun harus mengantri. Oleh karena itu kami memilih candi ini di list pertama penyusuran kami setelah sunrise Angkor Wat.






Ta Keo
Candi Ta Keo sedikit berbeda dengan candi lain yang memiliki ornamen pada dindingnya. Pada candi ini hampir semua dindingnya polos. Katanya sih karena kesalahan dalam memilih batu. Batu yang digunakan untuk membangun candi ini tidak dapat dipahat. Di sini kita bisa melihat pemandangan sekitar Angkor karena candi ini mempunyai puncak yang sangat tinggi. Kebetulan langit di hari ini sangatlah cerah. Tertariklah kami untuk mendaki candi tersebut. Begitu pula dengan aku yang begitu semangat mulai menapaki tiap anak tangga. Tapi baru beberapa anak tangga dan ups!!...kaki terasa ngilu, keringat deras mengucur dan rasa takut mulai menghampiri begitu melihat tangga yang curam dan kecil itu.
Tangga yang tinggi dan curam
Ta Keo terlihat dari luar
Aku memang memiliki ketakutan pada ketinggian atau disebut dengan istilah acrophobia. Tetapi biasanya sifat sok beraniku bisa mengalahkan rasa takut itu. Makanya selama ini, naik gunung ataupun gedung tinggi masih bisa kulakukan. Kali ini, sumpah deh...nyerahhhh *melambaikan tangan ke kamera. "Oemjih....mamah...kalau bisa sediain perosotan aja biar aku gak perlu turun lewat tangga!" jerit suara hatiku saat itu. Tapi tidak akan ada perosotan ataupun helikopter untuk menurunkan aku saat itu. Aku tetap harus kembali ke anak tangga T_T.... Aku pun melipir duduk di bagian yang kira-kira aman sambil mengumpulkan keberanian untuk turun kembali. Tidak...aku tidak akan memilih naik karena aku merasa kondisi semakin tidak aman. Dan ternyata aku tidak sendirian, Pagit yang posisinya lebih di atas sedikit dari posisiku, juga memilih melipir dan selanjutnya turun hehehe... asikkk malunya ditemenin. Asty, Dita dan mba Umah yang memang dari awal memutuskan tidak naik, mencoba menyemangati proses turun kami dengan cara merayapi tiap anak tangga.
Hanya Ina dan Isti yang berhasil meninggalkan kami mencapai puncak. Katanya sih mereka sempat berpose seperti berada di atas awan. Arghhh...ngiri....

Bayon
Bayon candi kedua terpopuler setelah Angkor Wat. Candi ini terkenal dengan 37 tugu batu raksasa berbentuk berbagai ekspresi wajah yang menghadap ke empat penjuru arah mata angin. Kebanyakan ahli menyimpulkan wajah tersebut adalah wajah Jayawarman VII pendiri kompleks candi Angkor.
Tiga wajah dalam satu garis

Bayon
Berbeda dengan Angkor Wat yang memiliki relief mengenai mitologi Hindu, di candi ini reliefnya lebih menceritakan kehidupan masyarakat Angkor seperti suasana pasar, barisan tentara dan lain-lain.

Baphuon
Candi Baphuon adalah candi Hindu yang dibangun oleh Udayadityawarman II sekitar 1060 Masehi. Candi ini terletak tidak jauh, yaitu di sebelah timur laut Bayon dan disebut-sebut pernah menjadi monumen tertinggi di Angkor. Sebelum runtuh, ketinggiannya diperkirakan mencapai 50 meter. Sampai kini candi Baphuon masih dalam proses direstorasi. Oleh karena itu kami memutuskan untuk melihat dari luar saja. Males juga naik tangganya hehehe....
Baphuon
Terrace of the Elephants
Seperti namanya teras ini dihiasi ornamen gajah. Teras setinggi 2,5 meter itu terbentang sepanjang 350 meter di depan Baphuon dan Phimeanakas. Fungsi teras raksasa ini diperkirakan sebagai tribun untuk menyaksikan upacara kerajaan.




Terrace of the Elephants
Waktu telah menunjukkan pukul 12.30 WIB saatnya makan siang. Kami pun menghentikan sejenak penyusuran negeri Angkor tersebut. Supir minivan membawa kami ke sebuah Muslim resto di daerah perkampungan Muslim di Siem Reap. Penjualnya berdarah melayu berbahasa Khmer. Sebagian penduduk di kampung ini adalah keturunan Melayu, jadi kami bisa berkomunikasi sedikit dengan mereka. Makanan yang tersedia di menu pun lebih banyak khas Melayu. Di sini terdapat pula Mesjid yang sulit sekali kami temukan di sepanjang jalan dari Ho Chi Minh sampai dengan Siem Reap. Mesjid terlihat sedikit kurang terawat kebersihannya. Tetapi lumayan besar untuk menampung warga sekampung yang ingin sholat di Mesjid.

Cambodian Moslem Resto
Selesai makan siang kami kembali diantar ke kompleks Angkor dan tujuan kami adalah meng-explore Angkor Wat. Cuaca hari ini sangatlah panas dan lembab. Mengelilingi Angkor Wat cukup menguras tenaga kami. Lelah, haus dan migrain pun mulai menyerang walaupun aku sudah menggunakan topi dan payung sebagai pelindung diri dari ganasnya panas matahari. Akhirnya, Angkor Wat adalah candi terakhir yang kami explore. Kami memutuskan untuk kembali ke Siem Reap, berbelanja kebutuhan makan malam untuk bekal perjalanan kami kembali ke Phnom Penh.

** Sedikit tips untuk mengetahui cerita detil dari tiap candi di Angkor tetapi dana yang dimiliki terbatas, mungkin tips ini cukup berguna. Merapatlah ke dalam rombongan yang menggunakan tour guide, terutama pada saat si tour guide sedang memberikan penjelasan. Biar tidak mencurigakan, pura-pura saja sedang mengamati dan mengambil foto tapi telinga tetap konsentrasi mendengarkan. Oiya, pilih tour guide dalam rombongan yang menggunakan bahasa Inggris ya...kecuali kamu lebih mengerti bahasa lain ^-^. 

Yessss!! kami ke Phnom Penh sore ini. Dari saran Edvin (pemilik hotel), kami memilih menggunakan minivan untuk perjalanan ke sana. Selain waktu keberangkatannya lebih sore dari jadwal bus (biasanya bus ke Phnom Penh berangkat pada jam 15.00 WIB dari Siem Reap) yaitu jam 5 sore, waktu tempuhnya pun lebih cepat 1 jam dari bus. Harga memang lebih mahal sedikit tapi tak apalah jika bisa membuat kami lebih leluasa dalam waktu untuk menjelajah Angkor.

Perjalanan dari Siem Reap ke Phnom Penh ataupun sebaliknya, baik menggunakan minivan ataupun bus, akan berhenti di resto untk istirahat makan. Tetapi tidak satu pun resto yang didatangi adalah resto halal. Jadi persiapkan diri dengan membawa bekal sendiri. Malam ini pun kami makan mie instant lagi. Murah meriah, cukup membayar air panas yang kami minta dari resto.

Perjalanan dari Siem Reap dengan menggunakan minivan, memakan waktu selama 5 jam. Saking lelahnya, begitu duduk mataku langsung terpenjam walaupun teman-teman yang lain merasa terganggu oleh penumpang yang berisik sepanjang perjalanan. Ditambah kegilaan supir yang menyetir dengan sangat ugal-ugalan. Daripada aku stress karena duduk persis di belakang supir, lebih baik aku tidur dan melupakan bahwa kami dalam kondisi yang cukup berbahaya, rawan terhadap kecelakaan. Pasrah sama Allah ajah...hihi... Pantas ya, beda waktu tempuhnya sampai 1 jam dibanding bus. Ternyata ada nilai lebih lainnya, yaitu pake stress :))

Kami tiba di Phnom Penh tepat jam 22.00 WIB. Menurut info Edvin, letak hostel kami tidak jauh dari perhentian akhir minivan. Tapi beginilah kelemahan wanita, suka salah dalam membaca peta. Entah mengapa tapi mitos itu benar adanya :p. Akhirnya kami menyerah dan memasrahkan diri pada supir Tuk-tuk. Ternyata cuma 1 belokan dari perhentian akhir tadi hihiy...dasar rejekinya supir Tuk-tuk. Dan tibalah kami di Velkommen Guesthouse Phnom Penh. Yup...kami memang memesan hostel yang kebetulan memiliki cabang di Siem Reap. Pemiliknya sama yaitu Edvin. Hanya saja yang di Phnom Penh di kelola oleh entah saudara atau adik ya? soale gak mirip pisan :D bernama Gavin.

Velkommen Guesthouse berseberangan dengan Velkommen Backpacker Hostel. Pemiliknya satu, hanya harga dan fasilitas yang membedakan. Di guesthouse kamar yang disediakan bersifat private room sedangkan backpacker hostel menyediakan dorm. Kami memesan 1 kamar untuk 6 orang dan 1 kamar untuk 2 orang. Tetapi karena tidak tersedia kamar lain, kami tidak bisa merubah pesanan tipe kamar setelah anggota kami berkurang 1. Tidak mungkin juga membiarkan 1 orang tidur di kamar sendiri. Akhirnya diputuskan aku sekamar berdua dengan Ina, yang kebetulan kamarnya terletak di lantai 4 (huffttt...gak ada lift lho) dan Pagit bergabung dengan Asty, Dita, Mba Umah serta Isti di kamar besar yang terletak di lantai 1. Eh iya, jadwal esok hari hanya keliling Phnom Penh seharian. Jadi malam ini kami bisa istirahat dengan tenang tanpa harus bangun di pagi buta yeayyyy..... Ahhh akhirnya bisa tidur dengan tenang.
Pengeluaran Hari 3 :
1. Tiket masuk Angkor = $20/orang = Rp. 195.000,-
2. Sarapan = $10,5/7 orang = Rp.  14.625,-
3. Sewa minivan utk keliling Angkor & Siem Reap = $30/7 orang = Rp. 41.786,-
4. Makan siang di Cambodian Moslem Resto = $29,5/7 orang = Rp. 41.089,-
5. Makan malam (mie instant, buah2an dan air mineral 1 liter/org) = $12,03/7orang = Rp. 16.756,-
6. Tiket Minivan Siem Reap - Phnom Penh = $11/orang = Rp. 107.250,-
7. Tuk-tuk dari perhentian akhir minivan ke Velkommen Guesthouse = $2/7 orang = Rp. 2.786,-
8. Velkommen Guesthouse Phnom Penh 2 hari, 1 kamar 3 double beds (utk 6 orang) $36 dan 1 kamar standard double (utk 2 orang) $16 = $104/7 orang = Rp. 144.857,-

Total pengeluaran hari 3 adalah Rp. 564.149,-
*)Catatan kaki : mata uang Kamboja adalah Riel, tetapi kamboja menerima USD sebagai pembayaran. Konversinya adalah 1 USD = 2.000 Riel. Jika membayar dengan USD, akan dikembalikan dengan Riel.

Alamat :
Cambodian Muslim Resto
#086 Steng Thmey Village
Sangkat Svay Dangkum, Siem Reap

Velkommen Guesthouse Phnom Penh
Tel: 077 757 701
Email : reservations@velkommenguesthouse.com
Website : velkommenguesthouse.com










7 komentar:

  1. Thanks sharenya mbak De, menginspirasi saya bikin itinerary ke Angkor Wat.

    BalasHapus
  2. Semoga bermanfaat :) thanks sudah membaca.

    BalasHapus
  3. Yaaaa...hihihi baru mampir :)

    -Ina-

    BalasHapus
  4. Mba ariya..saya dan beberapa teman rencananya mau kesana sekitar bulan mei.. boleh minta contact mr seila yg owner tuk2 itu gk mba..?? Thanks before

    BalasHapus
  5. Hai siska, maaf baru bisa reply. Minta alamat email, saya kirim japri ya.. makasih :)

    BalasHapus
  6. Hai Ariya,
    saya ada rencana trip ke Siem Riep, tapi masih bingung dengan urusan Tuk2.
    boleh minta kontak Mr. Seila? Bisa dikirim ke email vika.wahyudi@gmail.com ?
    Thanks before!

    BalasHapus
  7. Mba sy jg minta kontak ms shella dong, tlg krm ke sincan20@yahoo.co.id

    BalasHapus