my journey

my journey

Rabu, 26 Februari 2014

Taal Heritage City (Nyasar Edisi Ketiga) - Filipina



Pagi ini kami akan menjelajahi kota Taal yang terkenal sebagai Heritage Village. Taal adalah kota kecil yang dahulunya merupakan ibukota provinsi Batangas. Kota yang terletak di wilayah Calabarzon ini, dahulunya menjadi kota perdagangan karena dekat dengan salah satu pelabuhan kapal laut terbesar di Manila yaitu pelabuhan Balayan. Peninggalan bangunan-bangunan modern zaman penjajahan Spanyol banyak terdapat di kota ini, termasuk salah satu gereja Katolik terbesar di Filipina yaitu Basilica de San Martin de Tours.

Kami memutuskan untuk cari sarapan di luar hotel sambil langsung menuju Heritage Village. Menurut informasi dari resepsionis hotel, jaraknya tidak terlalu jauh sekitar 5 menit dari hotel. Kami naik jeepney tujuan Balayan di pom bensin Flying V yang terletak sekitar 500 meter dari hotel dan turun di Basilica de San Martin. Dimulai dari gereja inilah jelajah Taal Heritage City kami lakukan.

Kota Taal ditemukan oleh Augustinian missionaris di daratan Taal Lake yang sekrang dikenal dengan San Nicolas, Batangas pada tahun 1572. 3 tahun setelah itu pada 1575, konstruksi gereja mulai dibangun oleh Diego Espinar (O.S.A.) dengan Saint Martin of Tours sebagai orang suci yang menjadi pelindung. Kemudian dibangun kembali dengan material yang lebih kuat di tahun 1642. Pada tahun 1754, gereja tersebut hancur bersamaan dengan hancurnya kota Taal akibat dari erupsi Taal volcano. Kemudian kota dan gereja dipindahkan jauh dari gunung yaitu di tempat yang saat ini kami kunjungi, yaitu di atas bukit yang menghadap Pantai Balayan. Puing dari gereja awal masih bisa dilihat di San Nicolas. (sumber : Wikipedia, The Free Encyclopedia)

Konstruksi gereja saat ini mulai dibangun pada tahun 1856 oleh Fr. Marcos Anton dengan Arsitek Spanyol Luciano Oliver yang bertugas mendesain dan mengatur konstruksi gereja. Meskipun tidak selesai, gereja tersebut mulai dibuka tahun1865. Gereja besar ini diselesaikan oleh Fr. Agapito Aparicio pada tahun 1878. Sebuah menara kecil pada sisi kiri bagian depan gereja yang berisi bel gereja yang besar, hancur karena gempa pada tahun 1942 yang dikemudian direkonstruksi. Gereja ini kemudian diperbaiki pada tahun 1953 sebagai persiapan penobatan Our Lady of Caysasay. Perbaikan baru selesai pada November 2011. (sumber : Wikipedia, The Free Encyclopedia) 

Basilica de San Martin de Tours

Basilica de San Martin de Tours


Casa San Martin
Interior Basilica de San Martin de Tours

Keluar dari gereja kami diguyur hujan gerimis yang semakin lama semakin banyak. Kami pun mencari restoran untuk sarapan. Tapi yang terlihat hanyalah 7Eleven, minimarket yang menjadi tempat nongkrong favorit kami selama trip ini. Mampirlah kami ke sana sekedar mencari sandwich yang insya Allah halal beserta segelas kopi pembangkit semangat dan koneksi wifi gratisan.

Taal Heritage Village
Balai Kota Taal
Tour kami lanjutkan dengan keliling perkampungan dan akhirnya menemukan salah satu rumah bersejarah milik dari Gliceria de Villavicencio, yang dikenal sebagai “The godmother of the revolutionary forces”. Ia membantu proses revolusi melawan Spanyol dan selanjutnya Amerika. Ia melakukan ini karena terluka atas kematian suaminya, Eulalio Villavicencio, pada Februari 1898. Ia berjuang dengan hartanya yang ia sumbangkan untuk kebutuhan perang termasuk salah satunya adalah kapal perang.

Rumah Gliceria de Villavicencio atau dikenal dengan Casa Villavicencio merupakan rumah hadiah perkawinan dari suaminya Eulalio Villavicencio. Rumah ini memiliki perpaduan antara desain khas Spanyol dan Filipina. Cukup seru menjelajahi rumah ini karena begitu banyak teknik sederhana yang digunakan sehingga membuat rumah ini nyaman. Salah satunya adalah adanya tali yang berada pada lantai 2 rumah tersebut, dihubungkan dengan pintu utama. Sehingga empunya rumah tidak perlu turun untuk membukakan pintu jika ada tamu, tetapi cukup menarik tali tersebut dan viola…pintu terbuka. Selain itu desain jendela yang dirancang khusus sehingga udara bisa bersirkulasi dengan baik dan rumah tidak memerlukan AC karena sudah sejuk. Ah…senang rasanya kalau bisa tinggal di rumah itu *ngayal. Oiya, rumah ini masih ditinggali oleh cicit keturunan Villavicencio yang merupakan salah satu pengusaha sukses di Filipina.

Casa Villavicencio
Memasuki Casa Villavicencio tidaklah gratis. Biaya yang harus kami bayar untuk paket tour keliling rumah ini adalah sebesar 100 Peso perorang. Paket tersebut mencakup tour guide dan kudapan khas Taal yaitu Suman (sejenis ketan kukus dibungkus daun pisang rasanya manis) dan roti sejenis Poffertjes dilengkapi coklat/cocoa cair sebagai celupan (maaf, lupa namanya). Lumayan pengganjal perut sebelum kami melanjutkan perjalanan ke Manila.  
Kudapan Paket Tour Casa Villavicencio

Setelah check out dari hotel Casa Cecilia, kami pun menunggu bus tujuan Batangas yang lewat di depan hotel. Hari ini kami memutuskan langsung ke Manila, tidak jadi mampir di kota Lipa mengingat waktu yang terlalu mepet (takut kemalaman di jalan menuju Manila-nya). Setiba di terminal Batangas, kami langsung menuju bus tujuan Manila.
Menunggu Bus
Perjalanan dari Batangas ke Manila menghabiskan waktu sekitar 2 jam melalui tol. Perjalanan bus berakhir di terminal Pasay yang ternyata dekat dengan tempat kami bengong kebingungan di hari pertama kami menginjakkan kaki di kota Manila sebelum menuju Tagaytay. Dan kami pun langsung menuju KFC (resto favorit selama berplesir ke negara yang banyak makanan non halal) untuk makan siang yang sangat terlambat. Di sini sekali lagi terjadi miskomunikasi dengan pramuniaganya. Kami tidak tahu jika di sini, ayam beserta nasi itu dinamakan paket one piece. Kami kira one piece itu terdiri dari 1 ayam. Jadi kami memesan empat one piece, ditambah 6 nasi (aku dan Pagit membutuhkan 2 nasi untuk makan kami hehehe....). Ternyata yang kami dapat adalah 4 ayam dan 10 nasi *wow!!. Ini nasi mau diapain? Tapi kemudian kami ingat masih punya simpanan bekal rendang kering bawaan Asty...yeayyy...berarti makan malam gak usah beli lagi. 4 nasi yang tersisa pun kami bungkus.

Setelah makan siang, kami menuju hostel yang sudah kami pesan via email. Hostel yang terletak di Makati ini ternyata lokasinya cukup strategis. Makati Avenue merupakan daerah turis yang dipadati dengan tempat-tempat makan dan minimarket serta money changer. Seberang hostel adalah mall kecil SM Makati. Dan malam itu adalah malam minggu dimana digelar pasar malam tepat di taman sebelah mall. Wawww....malam ini bakal seru....

Pasar malam di Makati Avenue tidak hanya berisi penjual barang-barang murah. Tetapi juga ada pertunjukan akrobat, tarian modern, musik dan nyanyi. Pengunjungnya tidak hanya warga Manila tetapi banyak juga wisatawan seperti kami. Malam ini pun kami tutup setelah puas mengelilingi pasar malam itu.

Pengeluaran hari ke-3 :
1. Jeepney dari Flying V ke Taal Heritage = 8 PhP x 4 = 32 PhP
2. Sarapan 7Eleven (personal budget) = 35 PhP
3. Casa Villavicencia tour = 100 PhP x 4 = 400 PhP
4. Jeepney dari Taal Heritage ke Flying V = 8 PhP x 4 = 32 PhP
5. Bus Taal - Batangas = 33 PhP x 4 = 132 PhP
6. Bus Batangas - Manila = 157 PhP x 4 = 628 PhP
7. Makan siang KFC = 468 PhP
8. Jeepney KFC Pasay - Makati Avenue = 8 PhP x 4 = 32 PhP
9. Hostel 2 hari (kamar dorm 4 bed) = 5.200 PhP

Total pengeluaran hari ke-3 = 6.495 PhP atau setara dengan Rp. 1.948.500,- atau sama dengan Rp. 495.000,- perorang.


Hostel Our Melting Pot (OMP)
4th/Floor Mavenue Building, #7844 
Makati Avenue corner Guerrero Street Makati City
Email : ourmeltingpotbackpackers@gmail.com
http://www.ourmeltingpotmakati.com
Phone Number: +632 659-5443

2 komentar:

  1. Ariya, ini mana lanjutannya? Saya butuh contekan untuk tulisan saya soalnya hahaha...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya Pagit hahaha...draftnya belum sempat diselesaikan. Terhenti di Intramuros. Gak rela ngeluarin total biaya becak kita buat keliling Intramuros

      Hapus