my journey

my journey

Minggu, 12 Januari 2014

Taal Volcano dan Nyasar Edisi Kedua - Filipina (Hari ke-2)

Dari hasil penunjukan kompas yang selalu aku bawa untuk penunjuk arah kiblat, seharusnya dari balkon hotel kami bisa melihat matahari terbit dengan pemandangan Taal Lake. Tapi kali ini aku tidak beruntung karena matahari pagi ini tertutup kabut dan awan. Padahal sedari jam setengah 6 (waktu Filipina 1 jam lebih cepat dari Jakarta) aku sudah berdingin ria duduk menunggu di balkon dan akhirnya kembali ke kamar dengan sedikit rasa kecewa.

Pagi ini rencana kami adalah mengarungi Taal Lake menuju Taal Volcano. Jam 8 pagi kami check out dan menitipkan ransel-ransel kami pada resepsionis hotel. Sebenarnya kami mendapatkan sarapan gratis dari hotel. Tapi karena melihat deretan menu yang sebagian besar tidak halal, kami mengurungkan untuk mengambil jatah tersebut. Setelah bertanya nama tempat dimana kami harus turun Jeepney untuk selanjutnya menuju Taal lake serta berapa ongkosnya, kami pun berangkat.  

Kami naik Jeepney (angkot) dari depan hotel menuju Olivarest circle (bundaran) dengan ongkos 10 Peso perorang. Jeepney adalah mobil Jeep zaman perang yang dimodifikasi menjadi angkutan umum. Bentuknya yang panjang memiliki kapasitas lebih banyak dari angkot di Jakarta. Cara bayarnya estafet dari tangan ke tangan hingga sampai ke supir Jeepney. Begitu pula dengan kembaliannya diserahkan secara estafet lagi jika kita membayar dengan uang besar. Sepanjang perjalanan kami memperhatikan cara-cara yang dilakukan penumpang lain. Dari cara bayar hingga menghentikan Jeepney pada saat tiba di tempat tujuan. Dari situlah kami mengenal satu kata Tagalog untuk menghentikan Jeepney yaitu 'Para Po!' (horeee...gak perlu bingung lagi..).

Jeepney - Ada detil nama supir dan rutenya
Dari bundaran Olivarest kami naik Tricycle menuju Taal Lake. Tapi sebelum melanjutkan perjalanan ke Taal Lake, di sini kami menemukan KFC, yeayyy!!!. Kami pun memutuskan untuk sarapan terlebih dahulu. Setelah sarapan, dari depan KFC kami sudah dihampiri supir-supir Tricycle yang menawari jasa antar ke Taal Lake. Setelah tawar menawar kami pun mendapatkan harga 150 Peso untuk 1 Tricycle one way. Tricycle adalah motor yang digandeng dengan kursi yang dilengkapi atap seperti becak motor. Kapasitas Sebenarnya adalah 2 orang tapi dapat dimaksimalkan menjadi menjadi 4 orang (3 orang di kursi gandeng dan 1 orang dibonceng di motornya.

Tricycle (Photo by @P49it)
Jalan menuju Taal Lake menurun dan berkelok tapi mulus dengan waktu tempuh kurang lebih 45 menit. Cukup jauh dari perkiraan kami. Dan seperti info yang kami dapat dari hasil blog walking kami pun diantar ke salah satu resort rekanan supir Tricycle yang menyediakan perahu untuk menyeberang. Melihat list harga yang masih wajar kami pun mengambil paket A seharga 3.500 Peso dengan fasilitas tour guide, perahu untuk penyeberangan pulang-pergi dan life jacket. Paket belum termasuk parkir perahu sebesar 50 Peso untuk 1 perahu dan tiket masuk Taal Volcano 50 Peso perorang.
Paket yang ditawarkan
Taal Volcano adalah gunung berapi kedua yang masih aktif di Filipina. Sebagian besar kalderanya diisi oleh Danau Taal permukaan 267 km persegi yang terletak hanya 3 m di atas permukaan laut. Kedalaman maksimum Danau 160 m, dan berisi beberapa pusat-pusat letusan tenggelam di bawah danau. Gunung ini sudah 33 kali meletus dengan konsentrasi letusan pada pulau vulkanik yang berada di tengah danau tempat perahu kami bersandar.

Taal Volcano terlihat dari resort

Jalur menuju kawah Taal
Pemandangan sekitar jalur menuju kawah
Semakin dekat kawah jalur semakin menanjak
Jalur tracking menuju kawah cenderung datar. Bisa dikategorikan bukan medan yang berat. Tetapi di sini ada fasilitas kuda buat wisatawan yang tidak kuat berjalan karena jarak tempuh yang cukup jauh. Perjalanan naik kami tempuh selama kurang lebih 1 jam dengan medan tanah bercampur pasir dan batu. Sangat disarankan menggunakan masker dan topi karena kondisi jalan berdebu jika berpapasan dengan rombongan wisatawan berkuda. Biaya sewa kuda sebesar 800 Peso pulang-pergi. Kami memilih jalan kaki agar dapat menghemat biaya. Maklumlah...kami kan bergelar cheapie cheapie tourist alias turis kere :D. Oiya gelar itu kami dapat sewaktu kami trip ke Vietnam.

Di awal perjalanan, aku sempat mengobrol dengan tour guide kami yang sekaligus sebagai pengemudi perahu kami. Sekedar berbasa-basi dan mengorek cerita mengenai Taal Volcano. "What's your name? " aku memulai percakapan dan dia tersenyum. Lah kok cuma senyum? gak jelas kali ya... pikirku. Aku melanjutkan perbincangan dengan bertanya seberapa jauh kami akan berjalan yang dia sambut dengan senyuman lagi. Aku mulai curiga, antara gak ngerti atau spelling ku yang tidak jelas. Aku pun bertanya, "Do you speak English?" ia pun menggeleng sambil tersenyum. Aku ngakak sendiri...hasyu...pantesan dari tadi diajakin ngobrol cuma mesam mesem aje...

Setelah 1 jam perjalanan, tibalah kami di puncak, yesss!! Pagit hebat nih, bisa ngalahin aku yang paling terakhir mencapai kawah. Padahal awalnya Pagit yang merasa takut gak mampu nanjak, tapi akhirnya ketakutan itu bisa ditaklukkan. 

Kawah Taal Volcano
Kawah Taal Volcano
Yeayy..we did it! (ki-ka : @chairilina, @p49it, @siachii, @ariyadewi)
Sekembali dari Taal Volcano dan mengambil ransel di hotel kami pun melanjutkan perjalanan menuju Lipa. Informasi dari orang hotel, tidak ada bus yang langsung menuju Lipa. Kami harus ke Nasugbu atau Batangas terlebih dahulu. Kami pun naik bus dengan tujuan Nasugbu dari seberang hotel. Bus antar kota di sini untuk tahu berapa tiket yang dibayar tergantung dari jarak tempat yang dituju. Mereka menggunakan alat seperti mesin gesek kartu kredit. Tinggal masukkan tujuannya dan kemudian keluar struk jarak tempuh dan biaya tiket yang harus kami bayar.

Siang itu kondisi tubuhku sangat tidak mendukung. Mountain sickness yang aku alami pada saat mendekati kawah berkelanjutan menjadi sakit kepala dan mual-mual. Untunglah kami dapat tempat duduk di baris paling belakang sehingga aku bisa jackpot tanpa mengganggu penumpang yang lain kecuali Pagit dan Asty karena aku heboh minta plastik. Kali ini aku benar-benar tepar tak berdaya. Sakit kepala yang semakin parah membuat aku harus menutup mata hingga tiba-tiba aku membutuhkan plastik lagi dan kaget plastik tadi yang aku simpan di bawah kaki dan terikat rapi telah hilang meluncur ke depan. Weks....pura-pura gak tahu aja...

Setiba di Nasugbu kami langsung meluncur ke Sevel. Seperti kerbau dicucuk hidungnya, aku hanya mengikuti tanpa tahu harus kemana. Ternyata rencana Pagit adalah mencari wifi agar bisa melihat posisi kami di peta. Kali ini aku pasrah tidak bisa berpikir. Sakit kepala memang berkurang diganti dengan ngantuk berat akibat 2 butir obat penahan sakit yang kutenggak. Kecewa karena di Sevel ini pramuniaganya tidak tahu password wifinya, kami pun pindah ke Jolibee yang berada di seberang. Dan ternyata Jolibee di Nasugbu berbeda dengan Tagaytay, tidak menyediakan fasilitas wifi. Kami pun bingung, gak jelas kami berada di mana, apa yang bisa kami kunjungi di sini jika harus bermalam atau dimana terminal bus serta berapa jauh menuju Batangas. Tanya warga sekitar? tidak ada yang mengerti bahasa inggris. Benar-benar blank...

Lagi celingak celinguk, kami melihat bus yang tadi kami naiki sedang ngetem. Aku bilang pada Pagit untuk bertanya pada kenek bus dimana terminal atau bus yang menuju Batangas. Ternyata bus trayek Batangas ngetemnya tidak jauh dari lokasi kami diturunkan tadi. Alhamdulillah.... kami langsung menuju ke sana. Setelah berjalan, pikiranku pun mulai jernih. Teringat dengan peta Pulau Luzon dimana posisi Tagaytay, Lipa, Batangas dan Nasugbu membentuk suatu lingkaran. Lipa berada di sisi sebelah kiri Tagaytay jika dari Manila sedangkan Nasugbu berada di sebelah kanan. Berarti jalur kami menuju Lipa terlalu jauh dan melewati Taal, kota yang menjadi tujuan kami setelah Lipa. Aku pun memutuskan untuk turun di Taal, tidak di Batangas. Kali ini itinerary harus dirubah dimana Taal menjadi urutan kedua dan Lipa urutan ketiga dari tujuan kami atau kalau tidak memungkinkan akan kami skip saja.

Jarak Nasugbu ke Taal adalah sekitar 53 km, itulah yang tertulis di tiket kami. Aku pun tidak tahu seperti apa kota Taal dan dimana kami akan diturunkan karena tidak banyak referensi mengenai Taal yang kami dapat. Kami hanya minta diinfokan jika sudah tiba di Taal. Saat itu waktu sudah menjelang magrib. Ini benar-benar mengambil resiko karena aku tidak punya rencana menginap di Taal dan tidak dapat mencari referensi penginapan karena smartphone kami tidak bisa internet. Hari mulai gelap dan entah kami sudah berada dimana saat itu. Satu-satunya acuan kami adalah hasil ngintip mesin tiket yang menginformasikan jarak tempuh saat ini sudah 23 km, jadi kira-kira setengah perjalanan lagi kami tiba di Taal.

Di sebuah pom bensin, bus kami berhenti dan sang kenek bilang bahwa kami sudah tiba di Taal. Dia menunjuk satu arah dimana kota Taal berada, yang bisa kami capai dengan naik Jeepney. Bisa saja kami naik Jeepney, tapi tujuannya kemana? Mau naik Tricycle, bisa saja kami minta diantar ke hotel terdekat, tapi sekali lagi tidak ada yang mengerti bahasa Inggris *sigh. Pagit bilang kalau tadi kami melewati hotel. Aku tanya apakah ia yakin itu hotel, bukan resto atau tempat hiburan karena aku juga melihatnya tapi tidak yakin itu hotel. Antara yakin dan takut salah, sekali lagi kami ambil resiko untuk berjalan menghampiri tempat itu. Dan Alhamdulillah..itu benar hotel. Casa Cesilia, rasanya tidak asing dibaca. Mungkin pernah aku temukan pada saat mencari hotel di sekitar Lipa dan Batangas. Eits...harga kamarnya? sama dengan harga Haven hotel di Tagaytay, jadi...cincaylahh... Yang penting, akhirnya kami punya tempat istirahat malam ini...

Hotel Casa Cecilia - Taal city
Pengeluaran hari ke-2 :
1. Jeepney dari hotel - Olivares circle = 10 PhP x 4 = 40 PhP
2. Sarapan KFC 4 paket nasi + ayam + air mineral = 360 PhP
3. Tricycle Olivares - Taal Lake pp + biaya tunggu = 400 PhP
4. Perahu Taal Lake + tour guide = 3.500 PhP
5. Biaya sandar perahu = 50 PhP
6. Tiket masuk Taal Volcano = 50 PhP x 4 = 200 PhP
7. Jeepney Olivares - hotel = 10 PhP x 4 = 40 PhP
8. Bus Tagaytay - Nasugbu = 68 PhP x 4 = 272 PhP
9. Bus Nasugbu - Taal = 83 PhP x 4 = 372 PhP
10. Hotel Casa Cecilia, Taal (kamar standard + extra bed) = 2.950 PhP

Total pengeluaran hari ke-2 = 8.194 PhP atau setara dengan Rp. 2.458.200,- atau 
Rp. 614.550,- perorang.

Hotel Casa Cecilia    
Diversion Rd, Taal 4208, Philippines




2 komentar:

  1. Ngeri2 sedep bacanya ni, kesasar2 di negara orang...

    -Ina-

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hehe...seru na. Makasih sudah membaca... :*

      Hapus